Ilustrasi Angklung dan Suling (sumber: sakuma1kinu)

Mengenal Lebih Dekat Kesenian Sunda Degung Sejarah, Filosofi, dan Keunikannya

Posted by

Kalau bicara soal kesenian tradisional Sunda, nama degung pasti nggak bisa diabaikan. Gamelan ini punya sejarah panjang yang kaya makna, lho. Asal-usulnya bahkan bisa ditelusuri hingga abad ke-18, menjadikannya bagian penting dari budaya masyarakat Sunda.

Selain melodinya yang khas, degung ternyata menyimpan filosofi yang mendalam. Nggak cuma alat musik, degung juga simbol status dan budaya bangsawan Sunda zaman dulu. Menarik, kan? Yuk, kita kupas lebih dalam tentang kesenian Sunda yang satu ini.

Apa Itu Degung?

Degung adalah salah satu bentuk gamelan khas Sunda yang berkembang pesat sejak akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19. Dalam bahasa Sunda, istilah “degung” berasal dari kata ngadeg (berdiri) dan agung (megah), melambangkan keagungan martabat para bangsawan. Menurut catatan H.J. Oosting pada 1879, istilah ini juga dihubungkan dengan “De gong” dari bahasa Belanda, merujuk pada penclon-penclon yang digantung.

Sejarah Perkembangan Degung

Pada masa kerajaan Sunda, khususnya Kerajaan Galuh, degung sering dimainkan untuk mengiringi aktivitas masyarakat seperti marak lauk (menangkap ikan). Lagu-lagu seperti Manintin, Galatik Manggut, dan Sang Bango mencerminkan kehidupan dekat sungai. Seiring waktu, degung berkembang menjadi alat musik yang digunakan untuk upacara adat hingga hiburan kerajaan.

Jaap Kunst, seorang ahli musik, mencatat bahwa pada 1934, terdapat beberapa perangkat gamelan degung di daerah Bandung, Sumedang, Cianjur, hingga Kasepuhan Cirebon. Fakta ini membuktikan bahwa kesenian degung menyebar luas di wilayah Jawa Barat.

Jenis-Jenis Gamelan Degung di Museum Prabu Geusan Ulun

Museum Prabu Geusan Ulun di Sumedang menjadi rumah bagi 10 jenis gamelan degung dengan sejarah yang berbeda-beda, di antaranya:

  1. Sari Oneng Parakansalak
    • Dibuat tahun 1825 dari kayu besi asal Muangthai dengan ukiran motif Tiongkok. Pernah dipamerkan di Amsterdam pada 1883.
  2. Panglipur
    • Dibuat oleh Pangeran Rangga Gede sebagai pelipur lara setelah kehilangan anak kesayangannya.
  3. Sari Oneng Mataram
    • Hadiah dari Kerajaan Mataram kepada Sumedang atas kemenangan dalam perlombaan ngadu muncang.
  4. Sekar Manis dan Sari Arum
    • Peninggalan dari masa pemerintahan Pangeran Kornel dan Pangeran Soegih, mencerminkan pengaruh Kerajaan Belanda.

Gamelan-gamelan lainnya, seperti Sangir dan Manggu, juga menyimpan cerita unik, meski beberapa kini hanya menjadi pajangan karena kondisi yang sudah rusak.

Filosofi dan Peran Degung di Masa Kini

Degung nggak cuma alat musik, tapi juga medium untuk melestarikan tradisi. Hingga kini, beberapa jenis gamelan degung seperti Sari Oneng Mataram dan Panglipur masih digunakan dalam pementasan seni dan latihan tari. Melodinya yang lembut dan menenangkan menjadikan degung favorit untuk mengiringi berbagai acara budaya.

Kesimpulan:

Kesenian Sunda degung adalah bukti nyata kekayaan budaya Nusantara yang patut dijaga. Dengan sejarah yang panjang dan filosofi yang mendalam, degung menjadi lebih dari sekadar alat musikā€”ia adalah warisan budaya yang menghubungkan generasi. Jadi, jangan ragu untuk mengenal dan melestarikan degung agar terus hidup di hati masyarakat Sunda dan Indonesia!***

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *